Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Misteri Hiu Raksasa Pantai Sukomade

  • Kamis, 31 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Misteri Hiu Raksasa Pantai Sukomade / Mah kliwon



    Di kalangan nelayan Rajegwesi-Sukomade, Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, selain Nyi Roro Kidul, mereka kerap melihat sesosok ikan hiu raksasa. Hiu tersebut berukurun sebesar dua kali rumah tipe rumah sederhana (RS).

     Nelayan setempat memanggil hiu raksasa tersebut dengan nama Mbah Kliwon. Dinamakan Mbah Kliwon, lantaran hiu raksasa tersebut kerap menampakkan diri Jumat Kliwon, penanggalan Jawa.

    Di sekujur tubuh Mbah Kliwon ini dipenuhi dengan corak yang menyerupai huruf-huruf arab yang tersusun rapi seolah terangkai sebuah kalimat. Namun tak pernah ada yang bisa membacanya.

    "Mbah Kliwon kadang di sekitaran lokasi kami memancing ikan, sekitar Tanjungan" jelas nelayan yang mengaku bernama Priyono, kepada detiksurabaya.com di tepian Pantai Rajegwesi, Rabu (26/5/2010).

    Berjumpa dengan Mbah Kliwon, bagi nelayan bukan hal yang menakutkan. Justru hal yang diharapkan. Karena kemunculan hiu raksasa tersebut pertanda jika populasi ikan sedang melimpah. Selanjutnya akan berdampak baik pada hasil tangkapan nelayan.

    Untuk menghormati Mbah Kliwon, sebelum melaut di hari Jumat Kliwon, penanggalan Jawa, nelayan menggelar selamatan kecil dengan beberapa hidangan makanan. Tradisi tersebut dikemas dengan memanjatkan doa keselamatan pada Yang Maha Kuasa.

    Mbah Kliwon bukan hanya sesosok Hiu sebagai simbol rejeki nelayan. Hiu yang menurut warga, lebar mulutnya dua kali daun pintu tersebut terkadang 'membantu' saat nelayan mengalami kondisi genting di laut.

    "Tidak semua nelayan yang dibantunya. Hanya orang tertentu saja," jelas Ninik,
    juragan ikan di Pantai Rajegwesi, kepada detiksurabaya.com.

    Ninik mencontohkan kisah yang dialami oleh Nelayan Rajegwesi yang bernama Samuji. Samuji yang saat itu sedang melaut nyaris kehilangan nyawanya setelah perahunya pecah dihantam ombak besar.

    Bahkan tubuh Samuji tidak ditemukan lagi oleh nelayan lainnya yang melakukan
    pencarian selama beberapa jam. Namun keesokan paginya, mereka mendapati Samuji sudah berada di Pantai rajegwesi dalam kondisi selamat.

    Padahal lokasi tenggelamnya Samuji sangat berjauhan dengan bibir pantai. Warga
    akhirnya terkejut dengan pengakuan Samuji jika dirinya dibawa ke tepian oleh sesosok hiu raksasa.

    "Pak Samuji bilangnya dibawa ketepi pantai oleh ikan Hiu Raksasa,(Mbah Kliwon)"
    ujar Ninik menirukan pengakuan Samuji, yang saat ini menetap di Pulau Sulawesi
    mengikuti transmigrasi.

    Telaga Umbul Pule

  • Senin, 28 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Telaga Umbul Pule


    Umbul Pule adalah sebuah telaga yang terletak di kecamatan glenmore yang sangat jernih yang airnya tak pernah surut walaupun musim kemarau panjang datang,sehingga air yang dikeluarkan oleh mata air Umbul oleh penduduk sekitar digunakan untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian dan perikanan. Di samping itu, sumber mata air dari sini juga digunakan pihak PDAM untuk memenuhi kebutuhan air di daerah sekitar.


    Air Terjun Kembar Wonorejo / Tirto Temanten

  • nanoprudence
  • Labels:
  • Air Terjun Kembar Wonorejo / Tirto Temanten



    Air terjun ini terletak di dusun Wonorejo desa Kalibaru Wetan kecamatan Kalibaru, Air Terjun ini terdiri dari 2 terjunan air di kanan dan kiri.. yahh inilah makanya disebut temanten, aliaran airnya dari lereng Gunung Raung, pemandangan alam di sekitarnya amat menakjubkan seperti Tanaman kopi dan Coklat menyelimuti sekitar lokasi sehingga menambah keindahan panoramanya.

    Misteri Pendakian Gunung Raung

  • Sabtu, 26 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • MISTERI GUNUNG RAUNG


    Keangkeran Gunung Raung sudah terlihat dari nama-nama pos pendakian yang ada, mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan Pondok Angin. Semua itu mempunyai sejarah tersendiri hingga dinamakan demikian.

    Pondok Sumur misalnya, katanya terdapat sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada, hanya saja tak kasat mata. Di Pondok Sumur ini, saat berkemah,juga terdengar suara derap kaki kuda yang seakan melintas di belakang tenda.
    Selanjutnya Pondok Demit, disinilah tempat aktivitas jual-beli para lelembut atau dikenal dengan Parset (Pasar Setan). Sehingga, padaMore… hari-hari tertentu akan terdengar keramaian pasar yang sering diiringi dengan alunan musik. Lokasi pasar setan terletak disebelah timur jalur, sebuah lembah dangkal yang hanya dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu.

    Pondok Mayit adalah pos yang sejarahnya paling menyeramkan, karena dulu pernah ditemukan sesosok mayat yang menggantung di sebuah pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh oleh para pejuang saat itu.

    Tak jauh dari Pondok Mayit, adalah Pondok Angin yang juga merupakan pondok terakhir atau base camp pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau karena letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga kita dapat menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang ada disekitarnya. Gemerlapnya kota Bondowoso dan Situbondo serta sambaran kilat jika kota itu mendung, menjadi fenomena alam yang sangat luar biasa. Namun, angin bertiup sangat kencang dan seperti maraung-raung di pendengaran. Karenanya gunung ini dinamakan Raung, suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita didasar jurang yang terjal.

    Sebelah barat yang merupakan perbukitan terjal itu adalah lokasi kerajaan Macan Putih, singgasananya Pangeran Tawangulun. Di sini, juga sering terengar derap kaki suara kuda dari kereta kencana. Konon, pondok Angin ini merupakan pintu gerbang masuk kerajaan gaib itu.
    Konon, di perbukitan yang mengelilingi kaldera itulah kerajaan Macan Putih berdiri. Sebuah kerajaan yang berdiri saat gunung ini meletus tahun 1638. Pusatnya terletak di puncak Gunung Raung. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Pangeran Tawangulun. Beliau adalah salah-satu anak raja Kerajaan Majapahit yang hilang saat bertapa di gunung. Keberadaan kerajaan itu sedikit banyak masih memiliki hubungan yang erat dengan penduduk setempat. Misalnya bila terjadi upacara pernikahan di kerajaan, maka hewan-hewan di perkampungan banyak yang mati. Hewan-hewan itu dijadikan upeti bagi penguasa kerajaan.

    Konon, menurut masyarakat setempat, seluruh isi dan penghuni kerajaan Macan Putih lenyap masuk ke alam gaib atau dikenal dengan istilah mukso. Dan hanya pada saat tertentu, tepatnya setiap malam jum’at kliwon, kerajaan itu kembali ke alam nyata.

    Pangeran Tawangulun dipercaya merupakan salah satu suami dari Nyai Roro Kidul. Setiap malam jum’at itulah penguasa laut selatan mengunjungi suaminya. Biasanya, akan terdengar suara derap kaki kuda ditempat yang sakral. Suara tersebut berasal dari kereta kencana Sang Ratu yang sedang mengunjungi sang suami Pangeran Tawangulun. Bila mendengar suara tersebut lebih baik pura-pura tidak mendengar. Jika dipertegas, suara akan bertambah keras dan mungkin akan menampak wujudnya. Bila demikian, kemungkinan kita akan terbawa masuk ke alam gaib dan kemudian dijadikan abdi dalem kerajaan Macan Putih.

    Tambang Emas Gunung Tumpang Pitu

  • nanoprudence
  • Labels:
  • Gunung Emas Di Ujung Pulau Jawa 


    PT Indo Multi Niaga (IMN), yang merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri yang sejak 2007 sampai saat ini masih melakukan kegiatan eksplorasi tambang emas Gunung Tumpang Pitu di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim, akan terus mengeksplorasi tempat tersebut sampai 2015.

    Hal itu didasarkan pada, SK Bupati Banyuwangi No 188/05/KP/429.012/2007, dimana IMN mengantongi izin usaha pertambangan (IUP) tahap eksplorasi seluas 11,6 ribu ha di Banyuwangi bagian selatan.

    Menurut manajer Hubungan dan Pengembangan Masyarakat Indo Multi Niaga (IMN), Pramono Triwahyudi, pihaknya menargetkan mulai memasuki tahapan produksi atau eksploitasi di lokasi tambang tersebut.

    Selain Tumpang Pitu dengan luasan 1.700 ha, konsesi IMN juga mencakup areal Katak, Candrian, Gunung Manis, Salakan, Gumuk Genderuwo, dan Rajeg Besi. Geolog IMN, Hendy Prayitno menambahkan, sejauh ini, IMN sudah mengambil 10.000 sampel yang masing-masing berberat 1,3 kg.

    Sejak dieksplorasi pertama kali pada 20 September 2007 sampai 29 Februari 2012, lokasi Gunung Tumpang Pitu sudah dibor 367 kali oleh IMN dengan kedalaman total 116.495 meter.

    Berdasarkan hasil eksplorasi sementara, lanjutnya, tambang Tumpang Pitu baru menghasilkan emas sebesar 0,2 gram per ton. Target IMN adalah 0,4 gr emas per ton dan 0,4 persen tembaga per ton sebelum memutuskan masuk ke tahapan produksi.

    Sumber. http://satunegeri.com

    Pulau Merah

  • nanoprudence
  • Labels:
  • Pulau Merah


    Pulau merah (Red Island) merupakan wisata pantai yang terletak di ujung selatan Banyuwangi, pantai ini sangat alami dan merupakan salah satu lokasi wisata di kawasan pantai selatan yang masih alami. Pantai Pulau Merah juga memiliki ombak yang bagus untuk surfing. Ketika laut surut, para pengunjung dapat mengunjungi tempat ini dengan berjalan kaki sambil menikmati keunikan berupa gunung kecil yang berada di tengah pantai yang tanahnya berwarna merah karena itu dinamakan Pantai Pulau Merah.



    Pulau Merah adalah sebuah pulau berbentuk bukit kecil dekat pantai dengan pantai berpasir putih sepanjang kurang lebih 3 km. Pantai Pulau Merah terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Banyuwangi ke arah selatan. Perjalanan yang membutuhkan waktu dua setengah jam.Sebagian kawasan pantai Pulau Merah berada di kaki Gunung Tumpang Pitu yang menjulang ratusan meter dan juga merupakan kawasan hutan lindung.

    Mengenal Tari Gandrung Banyuwangi

  • nanoprudence
  • Labels:
  • Tari Gandrung Banyuwangi 


    Gandrung Banyuwangi berasal dari kata "gandrung", yang berarti 'tergila-gila' atau 'cinta habis-habisan' dalam bahasa jawa. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, lengger di wilayah Banyumas dan joged bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik(gamelan).

    Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

    Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).

    Sejarah

    Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

    Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.

    Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

    Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaan Blambangan) yang tampak.

    Bagian Tubuh

    Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

    Bagian Kepala

    Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.

    Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.

    Bagian Bawah

    Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.

    Lain-lain

    Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

    Musik Pengiring

    Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.

    Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.


    Tahapan-Tahapan Pertunjukan

    Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:

    * jejer
    * maju atau ngibing
    * seblang subuh

    Jejer
    Jejer ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

    Maju
    Sehabis jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mend`pat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.

    Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.

    Seblang subuh
    Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.

    Perkembangan terakhir
    Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.
    sumber: http://ykaditya.blogspot.com/

    Muncar Sebagai Kawasan Minapolitan

  • Jumat, 25 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.


    Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Muncar penghasil ikan terbesar di Jatim dan produksi ikan tahun 2010 sebesar 27.748 ton. sehingga pemerintah pusat menetapkan sebagai wilayah minapolitan, Dalam rangka menjadi kawasan minapolitan di Muncar dewasa ini tengah dilakukan pembangunan tanggul pemecah ombak sepanjang 410 meter yang menelan biaya sebesar Rp 12,95 miliar yang bersumber dari APBD Jatim, dan reklamasi sisi barat pelabuhan tahap I yang berbiaya sebesar Rp 10 miliar. Sebelumnya pada tahun 2009 telah dilakukan rehabilitasi TPI Pelabuhan Muncar dengan anggaran sebesar Rp 1,31 miliar yang bersumber dari APBN dan APBD, pembangunan TPI Sampangan Muncar dengan anggaran sebesar Rp 382.472.000 yang bersumber dari APBN dan APBD, dan pembangunan talud TPI Utara Kalimoro Muncar dengan anggaran Rp 1,70 miliar yang bersumber dari APBN dan APBD.

    Hasil tangkapan ikan di MuncarDi Muncar terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) yang menangani distribusi hasil tangkapan ikan para nelayan.  Fasilitas lainnya yang tersedia di Muncar adalah Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Nelayan (SPBN). Dengan adanya SPDN nelayan lebih mudah untuk memperoleh BBM.
    Hasil tangkap ikan di Muncar didukung sekitar 90-an unit pabrik pengolahan dan pengalengan ikan yang berdiri sejak tahun 70-an. Hasilnya tidak hanya dijual di Banyuwangi dan kota-kota besar di Indonesia, tetapi juga diekspor ke manca negara, baik dalam bentuk ikan mentah maupun ikan olahan, termasuk ikan dalam kaleng dengan merek-merek terkenal yang biasanya dijumpai di supermarket. Produksi ikan olahan diekspor ke Eropa, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan Kanada sebanyak 1.562.249,72 kg per bulan dengan nilai uang sebesar Rp 19.528.121.500.
    ------------ teasere: “Sektor perikanan di Muncar menyerap tenaga kerja 36.191 orang.”
    Pabrik pengolahan ikanJumlah nelayan di Muncar sebanyak 12.865 orang dan jumlah kapal sebanyak 4.454 unit. Penghasilan nelayan rata-rata Rp 700.000/bulan/orang. Tenaga kerja yang terserap di sektor perikanan sebanyak 36.191 orang. Mereka bekerja antara sebagai buruh nelayan dan buruh pabrik pengolahan ikan.

    Seorang nelayan bernama Abdul Jalil mengungkapkan, penghasilannnya saat ini sebesar Rp 700.000 per bulan, sedangkan tahun 2010 penghasilannya sebesar Rp 550.000. “Saat ini penghasilan nelayan di Muncar lebih baik daripada tahun lalu karena hasil tangkapan  lebih banyak,” katanya.

    Pembangunan tanggul pemecah ombakSalah satu pabrik pengolahan ikan yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah PT Maya Muncar yakni sebanyak 644 orang. Sebagian besar tenaga kerjanya adalah isteri nelayan, salah satu di antaranya adalah Sutira yang sudah 15 tahun bekerja di pabrik itu. Ia mendapat upah Rp 30.000 per hari yang dibayarkan seminggu sekali. Kerja kerasnya membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, di mana ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan membiayai sekolah kedua anaknya yang masing-masing duduk di bangku kelas 1 SMP dan III SMA.
    ”Saya berharap hasil tangkapan ikan di Muncar semakin banyak dan bisa dijual ke pabrik ini. Mudah-mudahan pembangunan yang dilakukan pemerintah  untuk menjadikan Muncar sebagai kota ikan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya.

    Stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk nelayanHarapan senada diungkapkan dua orang rekannya, Suhartoyo dan Mohammad Rofik. Menurut mereka, pemerintah telah bekerja keras meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir, salah satunya melalui program menjadikan Muncar sebagai minapolitan. Suhartoyo sudah 22 tahun bekerja di PT Maya Muncar dan memperoleh upah 32.950 per hari yang dibayarkan seminggu sekali. Sedangkan Rofik sudah 21 tahun menjadi karyawan pabrik itu dengan upah Rp 34.500 per hari yang dibayarkan seminggu sekali. Besar kecilnya upah yang diterima tergantung tingkat pendidikan, masa kerja, dan jabatannya. (Arif Rahman Hakim & Mikasari MJ)

    Sumber. sekertariat kabinet republik indonesia

    Teluk Ijo / Hijau

  • Minggu, 20 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Teluk Ijo/Hijau



    Teluk Hijau atau teluk Ijo berada di kecamatan Pesanggaran. Jarak Teluk Hijau dan Rajekwesi adalah kira-kira 2 km. Pemandangan yang indah dan alami dapat dilihat disepanjang mata memandang. Udara segar dari pantai yang dipadu dengan udara dari hutan hujan tropis Taman Nasional Meru Betiri sangat mengesankan. Pemandangan dari atas bukit di samping teluk sungguh mengagumkan.

    Taman Nasional Alas Purwo

  • nanoprudence
  • Labels:
  • Alas Purwo Banyuwangi 

    Taman Nasional Alas Purwo adalah kawasan konservasi seluas 43.420 hektar yang berada di ujung pulau jawa tepatnya di Banyuwangi, letaknya sekitar 45 km ke selatan dari kota Banyuwangi.

    Taman Nasional Alas purwo di dalam nya terdapat Pure Giri Salaka, Sadengan, Trianggulasi, Pantai Ngagelan, Pancur, Pasir Gotri, Plengkung(G-lang), Bedul Segoro Anak, Goa Istana, dll
     
    Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September.




    Taman Nasional alas purwo juga ada berbagai Tumbuhan khas dan endemik yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.


    Taman Nasional Alas Purwo adalah taman nasional unik yang patut dikunjungi karena memiliki daya tarik keindahan pantai, punya misteri, tetapi mudah dicapai. Jika anda liburan menuju Bali, mampirlah barang sejenak, dibutuhkan hanya 2 jam dari penyeberangan Ketapang. Dijamin anda akan menemukan pengalaman baru disini.

    Watu Dodol

  • Jumat, 18 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Watu Dodol


    Suatu pantai nan indah meskipun tidak berpasir putih, namun tetap memiliki panorama laut yang indah dan cantik.

    Dinamakan pantai Watu Dodol ini karena di pinggir pantainya itu ada sebongkah batu besar yg berukuran kira-kira setinggi 7 meter dan lebar 3 meter yang konon tidak bisa dipindah, bahkan pernah oleh Pemda Banyuwangi mengunakan Truk Besar untuk menarik batu tersebut untuk dipindahkan ataupun sekedar dirobohkan, namun sia-sia. batu itu tetap kokoh berdiri di tengah jalan raya yang berada tepat di pinggir pantai tersebut.


    Obyek wisata ini berada di wilayah administrasi Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi, letaknya yang berada di perlintasan jalur Pantura. Dari arah Banyuwangi kota ke obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jarak 14 kilometer ke arah utara. Atau sekitar kurang lebih 5 kilometer dari pelabuhan ketapang. Karena letaknya berada di tepi jalan poros pantura, Watu dodol biasa dijadikan tempat peristirahatan sejenak setelah menempuh perjalanan jauh baek dari arah Surabaya maupun dari Bali

    Selain menikmati indahnya panorama laut, dapat pula mendaki bukit yang letaknya hanya bersebrangan jalan, di bukit ini telah disediakan track untuk dilewati oleh pengunjung. Sesampai di atas bukit, pengunjung dapat melihat panorama selat Bali yang lebih luas dan indah

    Untuk masalah makanan dan minuman, di pantai wisata ini telah tersedia warung-warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu juga terdapat kios-kios souvenir yang menyediakan barang-barang kerajinan berbahan baku dari kerang kerangan dan batu batuan laut.

    Air Terjun Lider

  • Selasa, 15 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Air Terjun Lider Songgon Banyuwangi

    Air Terjun Lider memiliki terjunan udara setinggi 60 meter Mencari Google Artikel ketinggian 1.300 m Diatas permukaan Laut. Air terjun lider berasal bahasa dari mata udara Pegunungan. 
    Suasana Air Terjun Lider Tampak indah. karena Dinding Tebing doa Jurang Yang menghimpitnya. Dinding Tebing doa Jurang itu berupa batu-batu Besar Yang berdimensi rata.

    Dinamakan Air Terjun Lider, KARENA lokasinya terletak di Hutan lindung petak 74, Blok Lider, di lereng timur Gunung Raung di Kawasan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Jambewangi, Bagian tidak Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kali Setail, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat

    Air Terjun Lhder Terletak di Dusun Sragi, Desa Sumber Arum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.

    Air Terjun Lider letaknya kurang lebih sekitar 45 km dari Kota Banyuwangi. Untuk bisa sampai ke lokasi Air Terjuan Lider, ada dua jalur yang bisa dilalui. Jalan pertama melewati Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu sepanjang 5 km, dan Jalan alternatif lainnya adalah melewati Desa Sragi, Kecamatan Songgon dengan jarak sekitar 8 km dari perkampungan warga.

    Apabila menggunakan jalur pertama, dari terminal bus di kota genteng, Banyuwangi perjalanan diawali dengan menggunakan angkutan pedesaan menuju Kecamatan Sempu yang hanya berjarak sekitar 15 km
    Dari sini perjalanan dilanjutkan menuju Desa Songgon sejauh 10 km, bisa menggunakan ojek atau berjaan kaki sambil menikmati panorama alam perkebunan cengkeh yang terhampar disekitarnya. Sesampai di dukuh Lider, Anda masih harus melanjutkan perjalanan sejauh 3 km menuju ke batas akhir perkebunan cengkeh, dimana terdapat jalan masuk ke Air Terjun Lider.

    Gunung Ijen

  • Minggu, 13 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  •  Gunung Kawah Terbesar Di Pulau Jawa

     
    Kawah Ijen adalah danau kawah terbesar di pulau jawa. Danau kawah belerang terletak pada sulfatara batu terukir dalam-dalam. Ini adalah 200 meter dan berisi sekitar 36 juta meter kubik air asam beruap, shoureded dalam awan belerang berbau berputar. Di dalam kawah warna yang berbeda dan ukuran batu belerang yang ditemukan. Memang, kawah (Tentu Ijen adalah sebuah taman yang indah batu belerang serta Pandangan penambang belerang yang naik dan turun ke kawah juga luar biasa.. Seorang pria menempatkan sekitar saya 10 kg batu kekuningan ke keranjang, sebelum ia menuruni lereng gunung untuk menjual bebannya, membawa keranjang yang sama, pergi ke arah yang sama, menggali mineral sama sulfur dikumpulkan 6-7 ton sehari.. ini adalah gambar alam yang dapat dilihat sehari-hari. Hal ini terletak di Licin Kecamatan, 45 km dari kota Banyuwangi.


    Pemandangan menjadi sangat unik ketika dari celah celah tebing curam terlihat begitu banyak para penambang belerang yang naik turun di sela-sela lereng kawah. Sekitar kurang lebih 100 orang membawa bebatuan kekuning-kuningan yang diatas pundaknya terlentang sebatang bambu dengan sejenis keranjang bambu yang dipenuhi puluhan kilogram belerang didalamnya yang tergantung disisi kanan kirinya. Beban yang dipikul memiliki berat yang beragam mulai 80 kg sampai dengan 120 Kg. tiap orang mondar-mandir, menggali belerang, naik turun, menuruni lereng beberapa kilometer sebelum beban dijual di pelelangan, dalam sehari dapat terkumpul belerang berkisar 6 sampai 7 ton. Itulah pemandangan alami kawah ijen kesehariannya.

    Info Perjalanan Menuju Kota Banyuwangi

  • Kamis, 10 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • Bus dan Kereta 
     

    Untuk sampai ke kota Banyuwangi dengan moda transportasi bus dari Surabaya bisa melalui jalur utara & selatan. Jalur utara melalui  Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan turun di terminal Sri Tanjung Ketapang. Melalui jalur selatan Pasuruan, Probolinggo, Lumajang dan Jember turun di terminal Brawijaya. Kedua jalur tersebut bisa ditempuh kira-kira 7 jam. Penumpang dari Denpasar Bali bisa turun di Terminal Sri Tanjung Ketapang dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Untuk penumpang yang menggunakan kereta api dari Surabaya bisa turun di stasiun Karangasem (Banyuwangi kota)

    JADWAL KERETA API DARI STASIUN KARANGASEM BANYUWANGI

    KERETA
    SURABAYA-BANYUWANGI
    BANYUWANGI-SURABAYA
    MUTIARA TIMUR MALAM
    22.30-05.22
    22.30-05.22
    MUTIARA TIMUR SIANG
    09.00-16.00
    09.00-06.00


    Pesawat

    JADWAL PENERBANGAN

    HARI
    PESAWAT
    MASKAPAI
    SURABAYA-BANYUWANGI
    BANYUWANGI-SURABAYA
    BRKT
    TIBA
    BRKT
    TIBA
    SENIN MA-60 PT.Merpati Nusantara Airlines 11:45 WIB 12:35 WIB 13:05WIB 13:55 WIB
    RABU MA-60 PT.Merpati Nusantara Airlines 11:45 WIB 12:35 WIB 13:05WIB 13:55 WIB
    JUMAT MA-60 PT.Merpati Nusantara Airlines 11:45 WIB 12:35 WIB 13:05WIB 13:55 WIB
    MINGGU MA-60 PT.Merpati Nusantara Airlines 11:45 WIB 12:35 WIB 13:05WIB 13:55 WIB

    Gallery Banyuwangi Ethno Carnival ( BEC )

  • nanoprudence
  • Labels:

  • Kue bagiak

  • Minggu, 06 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • kue bagiak_target wisata




    Kue Bagiak

    Belum lengkap tanpa bawa oleh-oleh khas kota Gandrung yang satu ini jika Anda mampir ke kota Banyuwangi, Camilan ringan khas banyuwangi yang satu ini rasanya gurih renyah. Terbuat dari tepung sagu yang dipanggang, camilan ini sangat cocok jadi teman minum teh ataupun kopi.

    Rujak Soto

  • nanoprudence
  • Labels:
  • rujak soto _ target wisata

    Rujak Soto

    Rujak Soto adalah salah satu makanan khas Banyuwangi. Rujak Soto ini merupakan campuran antara rujak cingur dengan soto babat, tapi rujaknya berbeda dengan Rujak Cingur Surabaya. Selain tidak memakai cingur perbedaan lain terletak dari petis yang digunakan yang khas. Petisnya terasa keset dan lebih nikmat dibandingkan petis biasa. Untuk sotonya, mirip soto Madura tapi hanya menggunakan daging babat saja.

    Rujak disajikan terlebih dahulu, lalu disiram dengan soto babat, ditambah taburan kerupuk mlinjo dan kerupuk udang, menjadikan makanan ini makin gurih, Perpaduan yang sangat nikmat.

    Buat Anda yang hobi makan jangan sampai di lewatkan makan yang satu ini, saat anda mampir di kota Banyuwangi. Selamat berkunjung dan menikmati aneka makanan dan jajanan khas banyuwangi

    Nasi Tempong ( Sego Tempong )

  • nanoprudence
  • Labels:
  • sego tempong_target wisata




    Nasi Tempong / Sego Tempong

    Nasi ini semacam dengan nasi lalapan yang khas dari kota Banyuwangi. Bedanya, terletak di sambalnya yang terasa sangat pedas. 

    Mungkin banyak yang bertanya Kenapa kok dinamakan Sego Tempong ? karena setelah makan nasi/sego tempong rasanya seperti ditempeleng karena pedas. tempong menurut bahasa banyuwangi artinya di tempeleng,

    Saat anda mampir di kota banyuwangi, bagi anda pecinta masakan pedas, Anda perlu mencoba masakan ini. selamat mencoba...!!!

    Asal Mula Selat Bali

  • Jumat, 04 Mei 2012
  • nanoprudence
  • Labels:
  • asal usul terjadinya selat bali
    Asal Mula Terjadinya Selat Bali

    Pada jaman dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Manik Angkeran. Ayahnya seorang Begawan yang berbudi pekerti luhur, yang bernama Begawan Sidi mantra. Walaupun ayahnya seorang yang disegani oleh masyarakat sekitar dan memiliki pengetahuan agama yang luas, tetapi Manik Angkeran adalah seorang anak yang manja, yang kerjanya hanya berjudi dan mengadu ayam seperti berandalan-berandalan yang ada di desanya.Mungkin ini karena ia telah ditinggal oleh Ibunya yang meninggal sewaktu melahirkannya. Karena kebiasaannya itu, kekayaan ayahnya makin lama makin habis dan akhirnya mereka jatuh miskin.

    Walaupun keadaan mereka sudah miskin, kebiasaan Manik Angkeran tidak juga berkurang, bahkan karena dalam berjudi ia selalu kalah, hutangnya makin lama makin banyak dan ia pun di kejar-kejar oleh orang-orang yang dihutanginya. Akhirnya datanglah Manik ketempat ayahnya, dan dengan nada sedih ia meminta ayahnya untuk membayar hutang-hutangnya. Karena Manik Angkeran adalah anak satu-satunya, Begawan Sidi Mantra pun merasa kasihan dan berjanji akan membayar hutang-hutang anaknya.

    Maka dengan kekuatan batinnya, Begawan Sidi Mantra mendapat petunjuk bahwa ada sebuah Gunung yang bernama Gunung Agung yang terletak di sebelah timur. Di Gunung Agung konon terdapat harta yang melimpah. Berbekal petunjuk tersebut, pergilah Begawan Sidi Mantra ke Gunung Agung dengan membawa genta pemujaannya.

    Setelah sekian lama perjalanannya, sampailah ia ke Gunung Agung. Segeralah ia mengucapkan mantra sambil membunyikan gentanya. Dan keluarlah seekor naga besar bernama Naga Besukih.
    “Hai Begawan Sidi Mantra, ada apa engkau memanggilku?” tanya sang Naga Besukih.
    “Sang Besukih, kekayaanku telah dihabiskan anakku untuk berjudi. Sekarang karena hutangnya menumpuk, dia dikejar-kejar oleh orang-orang. Aku mohon, bantulah aku agar aku bisa membayar hutang anakku!”
    “Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu Begawan Sidi Mantra, tapi kau harus menasehati anakmu agar tidak berjudi lagi, karena kau tahu berjudi itu dilarang agama!”
    “Aku berjanji akan menasehati anakku” jawab Begawan Sidi Mantra.
    Kemudian Sang Naga Besukih menggetarkan badannya dan sisik-sisiknya yang berjatuhan segera berubah emas dan intan.
    “Ambillah Begawan Sidi Mantra. Bayarlah hutang-hutang anakmu. Dan jangan lupa nasehati dia agar tidak berjudi lagi.”

    Sambil memungut emas dan intan serta tak lupa mengucapkan terima kasih, maka Begawan Sidi Mantra segera pergi dari Gunung Agung. Lalu pulanglah ia ke rumahnya di Jawa Timur. Sesampainya dirumah, di bayarlah semua hutang anaknya dan tak lupa ia menasehati anaknya agar tidak berjudi lagi, tetapi rupanya nasehat ayahnya tidak dihiraukan oleh Manik Angkeran. Dia tetap berjudi dan mengadu ayam setiap hari. Lama-kelamaan, hutang Manik Angkeran pun semakin banyak dan ia pun di kejar-kejar lagi oleh orang-orang yang dihutanginya. Dan seperti sebelumnya, pergilah Manik Angkeran menghadap ayahnya dan memohon agar hutang-hutangnya dilunasi lagi.

    Walaupun dengan sedikit kesal, sebagai seorang ayah, Begawan Sidi Mantra pun berjanji akan melunasi hutang-hutang tersebut. Dan segera ia pun pergi ke Gunung Agung untuk memohon kepada Sang Naga Besukih agar diberikan pertolongan lagi.

    Sesampainya ia di Gunung Agung, dibunyikannya genta dan membaca mantra-mantra agar Sang Naga Besukih keluar dari istananya.
    Tidak beberapa lama, keluarlah akhirnya Sang Naga Besukih dari istananya.
    “Ada apa lagi Begawan Sidi Mantra? Mengapa engkau memanggilku lagi?” tanya Sang Naga Besukih.
    “Maaf Sang Besukih, sekali lagi aku memohon bantuanmu agar aku bisa membayar hutang-hutang anakku. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi dan aku sudah menasehatinya agar tidak berjudi, tapi ia tidak menghiraukanku.” mohon Begawan Sidi Mantra.
    “Anakmu rupanya sudah tidak menghormati orang tuanya lagi. Tapi aku akan membantumu untuk yang terakhir kali. Ingat, terakhir kali.”
    Maka Sang Naga menggerakkan tubuhnya dan Begawan Sidi Mantra mengumpulkan emas dan permata yang berasal dari sisik-sisik tubuhnya yang berjatuhan. Lalu Begawan Sidi Mantra pun memohon diri. Dan setiba dirumahnya, Begawan Sidi Mantra segera melunasi hutang-hutang anaknya.
    Karena dengan mudahnya Begawan Sidi Mantra mendaptkan harta, Manik Angkeran pun merasa heran melihatnya. Maka bertanyalah Manik Angkeran kepada ayahnya, “Ayah, darimana ayah mendapatkan semua kekayaan itu?”
    “Sudahlah Manik Angkeran, jangan kau tanyakan dari mana ayah mendapat harta itu. Berhentilah berjudi dan menyabung ayam, karena itu semua dilarang oleh agama. Dan inipun untuk terakhir kalinya ayah membantumu. Lain kali apabila engkau berhutang lagi, ayah tidak akan membantumu lagi.”
    Tetapi ternyata Manik Angkeran tidak dapat meninggalkan kebiasaan buruknya itu, ia tetap berjudi dan berjudi terus. Sehingga dalam waktu singkat hutangnya sudah menumpuk banyak. Dan walaupun ia sudah meminta bantuan ayahnya, ayahnya tetap tidak mau membantunya lagi. Sehingga ia pun bertekad untuk mencari tahu sumber kekayaan ayahnya.
    Bertanyalah ia kesana kemari, dan beberapa temannya memberitahu bahwa ayahnya mendapat kekayaan di Gunung Agung. Karena keserakahannya, Manik Angkeran pun mencuri genta ayahnya dan pergi ke Gunung Agung.

    Sesampai di Gunung Agung, segeralah ia membunyikan genta tersebut. Mendengar bunyi genta, Sang Naga Besukih pun merasa terpanggil olehnya, tetapi Sang Naga heran, karena tidak mendengar mantra-mantra yang biasanya di ucapkan oleh Begawan Sidi Mantra apabila membunyikan genta tersebut.
    Maka keluarlah San Naga untuk melihat siapa yang datang memangilnya.
    Setelah keluar, bertemulah Sang Naga dengan Manik Angkeran. Melihat Manik Angkeran, Sang Naga Besukih pun tidak dapat menahan marahnya.

    “Hai Manik Angkeran! Ada apa engkau memanggilku dengan genta yang kau curi dari ayahmu itu?”
    Dengan sikap memelas, Manik pun berkata “Sang Naga bantulah aku. Berilah aku harta yang melimpah agar aku bisa membayar hutang-hutangku. Kalau kali ini aku tak bisa membayarnya, orang-orang akan membunuhku. Kasihanilah aku.”
    Melihat kesedihan Manik Angkeran, Sang Naga pun merasa kasihan.
    “Baiklah, aku akan membantumu.” jawab Sang Naga Besukih.
    Setelah memberikan nasehat kepada Manik Angkeran, Sang Naga segera membalikkan badannya untuk mengambil harta yang akan diberikan ke Manik Angkeran. Pada saat Sang Naga membenamkan kepala dan tubuhnya kedalam bumi untuk mengambil harta, Manik Angkeran pun melihat ekor Sang Naga yang ada dipemukaan bumi dipenuhi oleh intan dan permata, maka timbullah niat jahatnya. Manik Angkeran segera menghunus keris dan memotong ekor Sang Naga Besukih. Sang Naga Besukih meronta dan segera membalikkan badannya. Akan tetapi, Manik Angkeran telah pergi. Sang Naga pun segera mengejar Manik ke segala penjuru, tetapi ia tidak dapat menemukan Manik Angkeran, yang ditemui hanyalah bekas tapak kaki Manik Angkeran.

    Maka dengan kesaktiannya, Sang Naga Besukih membakar bekas tapak kaki Manik Angkeran. Walaupun Manik Angkeran sudah jauh dari Sang Naga, tetapi dengan kesaktian Sang Naga Besukih, ia pun tetap merasakan pembakaran tapak kaki tersebut sehingga tubuh Manik Angkeran terasa panas sehingga ia rebah dan lama kelamaan menjadi abu.

    Di Jawa Timur, Begawan Sidi Mantra sedang gelisah karena anaknya Manik Angkeran telah hilang dan genta pemujaannya juga hilang. Tetapi Begawan Sidi Mantra tahu kalau gentanya diambil oleh anaknya Manik Angkeran dan merasa bahwa anaknya pergi ke Gunung Agung menemui Sang Naga Besukih. Maka berangkatlah ia ke Gunung Agung, sesampainya di Gunung Agung, dilihatnya Sang Naga Besukih sedang berada di luar istananya. Dengan tergesa-gesa Begawan Sidi Mantra bertanya kepada Sang Naga Besukih “Wahai Sang Besukih, adakah anakku Manik Angkeran datang kemari?”
    “Ya, ia telah datang kemari untuk meminta harta yang akan dipakainya untuk melunasi hutang-hutangnya. Tetapi ketika aku membalikkan badan hendak mengambil harta untuknya, dipotonglah ekorku olehnya. Dan aku telah membakarnya sampai musnah, karena sikap anakmu tidak tahu balas budi itu. Sekarang apa maksud kedatanganmu kemari, Begawan Sidi Mantra?”
    “Maafkan aku, Sang Besukih! Anakku Cuma satu, karena itu aku mohon agar anakku dihidupkan kembali.” mohon Sang Begawan.
    “Demi persahabatan kita, aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi dengan satu syarat, kembalikan ekorku seperti semula.” kata Sang Naga Besukih.
    “Baiklah, aku pun akan memenuhi syaratmu!” jawab Begawan Sidi Mantra.
    Maka dengan mengerahkan kekuatan mereka masing-masing, Manik Angkeran pun hidup kembali. Demikian pula dengan ekor Sang Naga Besukih bisa kembali utuh seperti semula.

    Dinasehatinya Manik Angkeran oleh Sang Naga Besukih dan Begawan Sidi Mantra secara panjang lebar dan setelah itu pulanglah Begawan Sidi Mantra ke Jawa Timur. Tetapi Manik Angkeran tidak boleh ikut pulang, ia harus tetap tinggal di sekitar Gunung Agung. Karena Manik Angkeran sudah sadar dan berubah, ia pun tidak membangkang dan menuruti perintah ayahnya tersebut.

    Dan dalam perjalanan pulangnya, ketika Begawan Sidi Mantra sampai di Tanah Benteng, di torehkannya tongkatnya ke tanah untuk membuat batas dengan anaknya. Seketika itu pula bekas torehan itu bertambah lebar dan air laut naik menggenanginya. Dan lama kelamaan menjadi sebuah selat. Selat itulah yang sekarang di beri nama “Selat Bali”.